Disebutkannya abstrak sebagai ringkasan singkat (short summary) menunjukkan bahwa abstrak memiliki kesamaan tetapi juga berbeda dengan ringkasan (summary).
Kedua-duanya memberikan informasi kepada pembaca tentang isi suatu
naskah (buku, skripsi, tesis, disertasi, atau makalah). Dilihat dari
panjang atau jumlah katanya, abstrak lebih singkat yang berarti
informasi yang diberikan melalui abstrak lebih sedikit dibandingkan
dengan ringkasan. Perbedaan ini jelas terlihat dari penyajiannya;
abstrak terdiri atas satu paragraf dengan jumlah sekitar 200 kata,
sedangkan ringkasan terdiri atas beberapa paragraf yang panjangnya
antara 10 – 25% dari naskah aslinya.
Ringkasan mendiskripsikan
gagasan-gagasan yang ada dalam naskah dengan susunan dan alur berpikir
seperti dalam naskah aslinya. Dengan membaca ringkasan, pembaca mungkin
merasa sudah mendapatkan informasi yang cukup tentang isi naskah tanpa
harus membaca keseluruhan isi naskah, kecuali untuk gagasan/bagian
tertentu yang dianggap perlu didalami lebih lanjut. Sedangkan abstrak
tidak memberikan isi gagasan yang lengkap serta tidak mengikuti
sistematika dalam naskah aslinya tetapi secara singkat memberikan
pokok-pokok gagasan yang dibicarakan dalam naskah aslinya.
Dilihat dari isinya, abstrak dapat dikategorikan ke dalama dua jenis:
(a) abstrak bersifat deskripti dan
(b) abstrak bersifat informatif.
Abstrak deskriptif menggambarkan hanya tujuan dan ruang lingkup isi
tulisan tetapi tidak menyebutkan hasil dan kesimpulan isi tulisan.
Sedangan abstrak yang bersifat informatif memberikan penjelasan tentang
latar belakang masalah, masalah, pendekatan/metode, hasil, dan
kesimpulan isi tulisan. Oleh karena unsur-unsurnya lebih banyak, maka
abstrak informative lebih panjang dari abstrak deskriptif.
Tulisan-tulisan dalam jurnal ilmiah biasanya menggunakan abstrak informatif. Walaupun abstrak informatif terdiri atas satu paragraph dengan jumlah sekitar 200 kata, informasi dalam abstrak diharapkan mencakup:
(a) latar belakang masalah,
(b) rumusan masalah,
(c) pendekatan atau metode,
(d) hasil, dan
(e) kesimpulan pembahasan.
Masing-masing unsur-unsur itu disebutkan secara ringkas tetapi mudah dipahami :
Tulisan-tulisan dalam jurnal ilmiah biasanya menggunakan abstrak informatif. Walaupun abstrak informatif terdiri atas satu paragraph dengan jumlah sekitar 200 kata, informasi dalam abstrak diharapkan mencakup:
(a) latar belakang masalah,
(b) rumusan masalah,
(c) pendekatan atau metode,
(d) hasil, dan
(e) kesimpulan pembahasan.
Masing-masing unsur-unsur itu disebutkan secara ringkas tetapi mudah dipahami :
- Pertama, latar belakang masalah menyebutkan situasi/kondisi yang menimbukan masalah dan perlu untuk dikaji secara ilmiah. Latar belakang ini hendaknya sungguh-sungguh aktual dan menarik bagi pembaca yang dinyatakan dalam dua atau tiga kalimat. Keberhasilan dalam menggambarkan latar belakang masalah itu dengan menarik, mendorong pembaca meneruskan membaca abstrak sampai selesai dan keseluruhan isi n askah. Sebaliknya, kegagalan menarik perhatian pembaca melalui latar belakang masalah ini, dapat membuat pembaca tidak melanjutkan membacanya.
- Kedua, rumusan masalah menyatakan hal pokok yang dibahas atau pertanyaan yang akan dijawab dalam tulisan berikutnya. Masalah hendaknya dirumuskan dengan singkat tanpa rincian, walaupun dalam isi tulisan masih dikembangkan menjadi beberapa pertanyaan. Sudah barang tentu rumusan masalah terkait langsung dengan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya. Biasanya masalah tersebut dirumuskan hanya dalam satu kalimat pemdek.
- Ketiga, pendekatan atau metodologi yang dipergunakan dalam mengkaji masalah itu disebutkan yang utama saja , misalnya menyebutkan populasi tetapi tidak menyebutkan teknik sampling dan jumlah sampel. Dalam menuliskan tentang metodologi dihindari rumus-rumus statistik dalam pengolahan dan analisis data, jadi sangat bersifat deskriptf dan singkat.
- Keempat, hasil berisi inti jawaban atau temuan yang diperoleh dari pembahasan yang dilakukan. Hasil hendaknya disebutkan secara nyata tetapi tidak rinci dan kalau perlu dapat mencantumkan data kuantitatif. Hendaknya tetap dijaga agar informasi singkat tentang hasil itu menimbulkan keinginan pembaca mengetahui lebih rinci dan lengkap sehingga menggugahnya membaca isi naskah secara lengkap. Apabila rumusan hasil dituliskan secara lengkap dapat mengurangi motivasi pembaca membaca isi naskah secara lengkap karena merasa telah mengetahui hasilnya dengan m,embaca abstrak.
- Kelima, kalau hasil kajian menggambarkan temuan atau sintesis dari pembahasan, maka kesimpulan menujukan arti dan implikasi hasil kajian. Kesimpulan, termasuk saran yag diajukan atas dasar hasil /temuan kajian.. Sudah barang tentu kesimpulan menjawab pertanyaan atau masalah yang dikemukakan sebelumnya. Mengingat ketentuan dalam menulis abstrak, khususnya berkaitan dengan panjangnya abstrak, kesimpulan dirumuskan secara padat tetapi menggambarkan inti kajian. Uraian tentang latar belakang, maslah, pendekatan/metode, hasil, dan kesimpulan disusun secara ringkas, terintegrasi, koheren, dan informatif dalam satu paragraf yang utuh dan berdiri sendiri.
Abstrak tidak memuat informasi yang yang tidak terdapat dalam tulisan
yang utuh dan ditulis setelah tulisan selesai dsusun. Oleh karena itu
sebelum menulis abstrak sebaiknya naskah lengkapnya dibaca beberapa kali
sehingga abstrak yang ditulis dapat memberikan informasi yang utuh.
Uraian abstrak biasanya diikuti dengan pencantuman kata-kata kunci
yang berjumlah paling sedikit tiga kata/frase. Kata-kata kunci itu
mencerminkan konsep-konsep utama yang dibahas dalam tulisan itu. Tidak
harus setiap kata kunci tertera pada uraian abstrak tetapi harus
terlihat pada isi tulisan. Kata-kata kunci yang dimaksud adalah konsep
bukan semua istilah yang dipakai dalam tulisan itu.
Jurnal tertentu mepersyaratkan menuliskan abstrak setiap tulisan
dalam bahasa Inggris. Untuk memenuhi itu penulis hendaknya menyusun
abstrak tersebut dengan menyusunnya dalam bahasa Inggris, bukan dengan
menerjemahkan versi bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris kata demi
kata. Juga hendaknya dihindari menerjemahkannya dengan menggunakan Trans
Tool, program komputer, karena hasilnya sengat buruk dilihat dari
pilihan kata dan kaidah-kaidah bahasa Inggris.
Berikut ini diberikan contoh abstrak dalam bahasa Indonesia.
Berikut ini diberikan contoh abstrak dalam bahasa Indonesia.
Pengaruh Metode Mengajar dan Ragam Tes Terhadap Hasil Belajar
Matematika dengan Mengontrol Sikap Siswa (Eksperimen pada Siswa Kelas I
SMU Negeri DKI Jakarta) oleh Baso Intang Sappaile
Abstrak:
Mengingat pentingnya matematika, maka sangat diharapkan siswa sekolah
menengah untuk menguasai pelajaran matematika SMU. Karena di samping
matematika sebagai sarana berpikir ilmiah yang sangat diperlukan oleh
siswa, juga untuk mengembngkan kemampuan berpikir logiknya. Matematika
juga diperlukan untuk menunjanng keberhasilan belajar siswa dalam
menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Untuk itu diperlukan
metode mengajar berlandaskan permasalahan yang merupakan pendekatan yang
sangat efektif untuk mengajarkan proses-proses berpikir tingkat tinggi,
membeantu siswa memproses informasi yang telah dimilikinya, dan siswa
membangun sendiri pengetahuannya tentang dunia sosial dan fisik di
sekelilingnya. Untuk mengukur proses hasil belajar mengajar diperlukan
tes pilihan ganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode
mengajar mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa yang
tyergatung pada ragam tes, setelah mengurangi pengaruh linear sikap
siswa terhadap matematika. Kata kunci: Metode mengajar, Ragam Tes, Hasil
belajar matematika siswa dan Sikap siswa terhadap matematika (Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan, Desember 2006. Edisi Khusus; hlm 1)
Contoh abstrak dalam bahasa Inggris.
Penerapan Lesson Study sebagai Upaya Peningkatan Kompetensi Tutor Keaksaraan Fungsional oleh Putu Ashinya Widhiartha & Dwi Sudarmanto
Abstract
Lesson study is an approach in improving the teacher”s competence
through collaboration and continuous analysis of the instruction based
on collegial and and mutual learning principle. This approach includes
teacher’s participation to be active in small discussion groups. This
research conducted to develop lesson study approach to improve the
competence of functional literacy tutors. Viewed from the methodology
employed, the research which was conducted in Sukolilo Sub-District was
classified as an action research. To meet the objectives, the research
was undertaken in four cyclesas from November 2007 through February
2008. The results showed there is a significant improvement of the
functional literacy tutor’s competence. Based on the experience in
conducting this action research, some recommendations were given in the
application of lesson study model. Key words: lesson study, lesson study
model, tutor,s competence. ((Jurnal Ilmiah VISI Pendidikan dan Tenaga
Kependidikan Non Formal (PTK-PNF), Vol. 4, No.1 – 2009))
Sumber : http://bintangsitepu.wordpress.com/2010/09/30/teknik-membuat-abstrak/
Sumber : http://bintangsitepu.wordpress.com/2010/09/30/teknik-membuat-abstrak/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar